Camping atau Tek-Tok

“It’s not the mountain we conquer, but ourselfs”

Menikmati pagi hari di puncak gunung sambil ditemani semangkok indomie rebus dan segelas kaleng kopi adalah ritual pagi untuk banyak pendaki gunung yang menggelar tenda di bentaran sabana yang indah.
Bertahun-tahun saya sendiri memang menyukai kondisi ini, walaupun menuju lokasi camping membutuhkan effort yang cukup besar untuk membawa peralatan camping sambil mendaki gunung. Di banyak kesempatan, saya juga memanfaatkan jasa porter hanya untuk membawa carrier ke puncak.

Sunrise Camp Gunung Prau

Sejak mulai menggemari olah raga trail-running, saya mulai punya pemikiran yang baru dengan hobby naik gunung ini. Alih-alih ngecamp di puncak, saya saat ini lebih tertarik dengan tek-tok. Kesannya capek menguras tenaga, tetapi ternyata tidak terlalu berat seperti yang ada di pikiran sebelumnya.

Untuk bisa tek-tok, memang dibutuhkan latihan agar tenaga tidak terkuras habis karena hanya ingin cepat sampai. Saya melakukannya mirip sekali dengan naik gunung biasa. Apabila lelah, saya akan istirahat sejenak dan kemudian melanjutkan perjalanan kembali.

Untuk bekal perjalanan, Saya biasanya membawa one-day pack yang bisa diisi air(water-bladder) sekurang-kurangnya 2 liter air. Apabila jalur yang akan dilalui tidak memiliki pos air, kapasitas air ini wajib ditambah menjadi 3 liter atau 5 liter.
Selain air, saya juga menyiapkan makanan termasuk energy-bar dan nasi bungkus. Jaket wind-breaker, rain-coat, thermal blanket, celana panjang cadangan (saya selalu menggunakan celana pendek) dan obat-obatan. Tracking pole dapat membantu saat menanjak dan akan sangat berguna saat harus lari-lari kecil saat berada di turunan.
Lampu senter dan battery cadangan serta alat komunikasi sangat diperlukan apabila waktu tempuh menjadi sangat lama dan harus berjalan sampai dengan malam hari. Kompas atau smartphone juga diperlukan untuk memantau peta.
Digital map di smartphone ada baiknya dipersiapkan terlebih dahulu dalam mode offline map, karena sudah bisa dipastikan tidak akan ada sinyal selular di gunung.
Beban bawaan ini tentu saja lebih ringan dibanding sebuah carrier untuk menggelar tenda di gunung.

Yang perlu diperhatikan adalah cuaca di gunung dapat berubah dengan cepat, dari siang yang panas terik bisa tiba-tiba hujan lebat dengan udara yang dingin menusuk. Resiko hypothermia dapat menyerang siapa saja di kondisi seperti ini. Maka dari itu, persiapan dan perlengkapan yang prima tidak boleh diabaikan oleh pendaki.

Dengan tek-tok, saya masih tetap dapat menikmati hobby naik gunung tetapi tidak perlu camping. Bisa diartikan, saya tidak perlu menyiapkan tenda, makanan dan toilet :-).
Memang untuk beberapa gunung, model tek-tok ini bisa dilakukan tetapi mungkin tidak akan sampai ke puncak gunungnya. Walaupun begitu, saya masih dapat menyalurkan hobby menikmati pemandangan alam di pegunungan di Indonesia yang indah.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *