Berkelana di “Awan”

Kata “awan” sepertinya sedang menjadi sebuah trend terbaru di dunia IT (setidaknya di Indonesia). Jika dahulu kita mengenal komputer jaringan (network computing), dimana berbagi data antar pengguna di lokasi yang berjauhan menjadi mungkin, maka sekarang dunia IT mulai menanjak terbang ke awan dengan cloud computing.

Apasih Cloud Computing

Dalam bahasa Indonesia, biasanya diterjemahkan bebas menjadi Komputasi Awan.
Untuk menjelajah ke awan (cloud), ada sebuah syarat yang harus dimiliki, yaitu sambungan internet (kecepatan rendah maupun kecepatan tinggi). Komputasi Awan adalah sebuah konsep membagi resource, aplikasi dan data dalam sebuah jaringan yang dapat digunakan oleh siapa saja (yang terdaftar tentunya) secara on-demand.

Lalu apa untungnya dengan cloud computing.

Keuntungan yang saya rasakan (mungkin akan berbeda dengan orang lain) adalah kemudahan menggunakan aplikasi yang saya perlukan, tanpa harus membeli dan menginstallnya di komputer. Cukup dengan menggunakan sebuah internet browser.

Tahun 1995 saat pertama kali secara intensive menggunakan Internet, saya berharap bahwa Netscape (web browser saat itu) dapat menjalankan banyak aplikasi baik untuk personal maupun pengguna corporate.

Internet Browser

Internet Browser (apapun mereknya) adalah sebuah aplikasi yang menurut saya paling banyak dibuka setiap harinya. Entah itu di Komputer Desktop, Laptop sampai mobile devices. Setelah itu, baru aplikasi penunjang kerja sehari-hari. Aplikasi yang dijalankan diatas Internet Browser juga beragam, mulai dari mengolah email, social network sampai aplikasi ERPpun dikembangkan berbasis web agar mudah dijalankan di atas Internet Browser.

Setelah itu aplikasi pengolah kata dan pengolah spreadsheet menjadi pilihan berikutnya. Untuk beberapa heavy user, akan membuka juga pengolah gambar, video dan engineering (CAD/CAM). Tetapi intinya semua orang membutuhkan Internet Browser.
Lucunya, sebagian besar dari pengguna (termasuk saya) tidak tahu dan tidak pernah ambil pusing dimana aplikasi-aplikasi tersebut diletakan. Kita tahunya hanya sebaris kata yang disebut URL dan voila, sebuah aplikasi menarik terpampang dihadapan kita dan siap untuk digunakan.

Google Chrome OS

Baru-baru ini, saya mendapatkan copy Google Chrome OS sebuah Operating System baru yang dikembangkan oleh Google. Menariknya dari aplikasi ini adalah hanya memunculkan sebuah Internet Browser setelah komputer melakukan booting. Tidak ada menu-menu yang fancy seperti MacOS atau blue screen seperti Microsoft. Chrome OS hanya memunculkan sebuah Internet Browser.
Untuk orang-orang yang selalu terhubung ke jaringan internet, Chrome OS menjanjikan sebuah layanan berbasis Cloud Computing.

Banyak aplikasi yang kita gunakan sehari-hari tersedia (Berbayar maupun Gratis) di Internet. Selain itu, Chrome OS juga mampu menjalankan aplikasi ERP yang digunakan oleh corporate untuk mendukung usahanya. Jika ingin menggunakan pengolah kata dan aplikasi spreadsheet, Google menyiapkannya melalui layangn Google Apps.

Bahkan terakhir saya menjalankan aplikasi scheduling untuk project management melalui komputasi awan.

Pertama kali membuka Chrome OS, saya sempat bingung, karena ada kolom untuk mengisi user id dan password. Padahal sebelumnya saya tidak pernah ditanyakan untuk mengisi seting ini. Setelah cari tahu sana-sini, ternyata kita hanya perlu memasukan user id dan password GMAIL! untuk dapat diijinkan masuk dan mengakses menu-menu yang ada.
Secara default, Chrome OS telah ditambahkan short-cut ke aplikasi internet populer, seperti Facebook, Twitter, Flickr dan tentu saja Google dan turunannya. Selain itu ada beberapa aplikasi pengolah gambar yang juga diberikan shortcutnya seperti Sumo Paint. Untuk pengolah email, walaupun OS ini dibuat oleh Google, tetapi semua email populer juga ikut ditampilkan disana.

Selain memiliki Account Google, saya juga memiliki Account Google Apps yang mengacu ke domain name saya sendiri. Dan ternyata login sayapun dapat digunakan juga untuk mengakses Chrome OS.

Security

Ini yang selalu ditanyakan.
Dengan Komputasi Awan dan Google Chrome OS, tentu saja kita tidak perlu terlalu direpotkan dengan tools Anti Virus. Dan karena sifatnya awan adalah berbagi resource, maka saya dapat memilih untuk tidak menyimpan file-file saya di dalam laptop melainkan saya tempatkan di awan itu sendiri.
Kegagalan dari system security ini adalah apabila ada orang lain berhasil mengambil alih user id dan password kita.

Keseharian saya memang selalu berkutak di teknologi jaringan dan internet. Sayang sekali masih banyak orang yang belum mendapatkan akses internet di Indonesia. Sementara itu, banyak orang yang telah memiliki kemampuan mendapatkan Internet Jaringan Pita Lebar (Broadband) tidak secara maksimal memanfaatkannya.
Awan (Cloud) mungkin adalah masa depan, dimana kita hanya tahu cara memperoleh dan berbagi sebuah informasi secara cepat tanpa perlu tahu diman informasi itu berada selain di Internet.

Related Posts

3 thoughts on “Berkelana di “Awan”

  1. Menarik memang om cloud computing ini..
    Tapi menurut saya sangat riskan sekali..jikalau pada akirnya nanti semua data2 kita berada di internet(hardisk server), maka kita benar2 menjadi bergantung pada koneksi internet..

    Apalagi ngeri melihat kata2 “Kegagalan dari system security ini adalah apabila ada orang lain berhasil mengambil alih user id dan password kita.”

    Hehehe..just sharing aja..

    Salam kereta api..Lhoooo…:D

  2. Menarik sekali OS yang satu ini. Tapi yang menjadi pertanyaan saya adalah jika kita berada di area yang konektivitasnya agak kurang (mentok di EDGE), apakah OS ini masih efektif? Mohon penjelasannya, terimakasih.

    Hedwig?: Chrome OS memang memanfaatkan interkoneksi online atau istilahnya cloud computing. Jika koneksi internet tidak terlalu baik, memang agak susah untuk mengakses layanan cloudnya

  3. Saya sempat menginstall Google Chrome OS ini dikarenakan tertarik untuk mencobanya, dengan sistem boot yang lebih cepat dibandingkan dengan OS lainnya, namun saya mencobanya hanya sebatas booting sampai ke login area saja. dikarenakan saya menggunakan CPU dengan konektifitas terbatas, tidak tau menahu username dan login password apa yang mesti dimasukkan, akhirnya saya memutuskan untuk meng-uninstal nya . hehhehe … ternyata username dan password email dari Googlemail sudah cukup.
    Trims mas Hedwig untuk informasinya, nanti ada kesempatan saya coba-coba lagi. πŸ™‚

    Hedwig?: Selamat mencoba lagi πŸ™‚

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *