Penumpang Gelap

Seperti biasa, setiap sore pulang dari kantor ke rumah menggunakan KRL Depok Express.

Sore tadi, gua sempat naik KRL Depok Express yang berangkat dari Station Jakarta Kota jam 17:20. Karena rangkaian masih belum penuh, gua memilih jalan ke depan dan kemudian naik dan duduk di gerbong satu.
Tepat waktu, KRL Depex berjalan meninggalkan Station Jakarta Kota (atau ada orang yang menyebut Station Beos).

Kira-kira 5 menit setelah itu, rangkaian tiba di Station Juanda. KRL memang berhenti normal di station ini untuk menaikan penumpang.
Begitu pintu terbuka, berhamburanlah puluhan orang masuk untuk memperebutkan kursi kosong yang tersisa. Gerbong satu langsung penuh seketika, ada yang duduk, berdiri, duduk di dingklik (kursi lipat kecil) dan ada juga yang lesehan beralaskan koran.
Sampai di Station Gambir, kembali kejadian yang sama terjadi. Gerbong yang mulai penuh kembali diisi orang-orang yang akan kembali pulang setelah seharian beraktivitas di Jakarta.

Di Station Gondandia setelah kira-kira 15 menit rangkaian meluncur dari Station Jakarta Kota, kembali Rangkain Depex berhenti untuk menaikan penumpang. Kejadian terulang kembali, setelah pintu terbuka, puluhan orang kembali merangsek masuk ke dalam rangkaian, KRL Depex Gerbong Satu langsung penuh sesak.

Tiba-tiba dari arah depan (dekat ruang masinis) ada sedikit kegaduhan, dan diikuti dengan orang-orang yang berhamburan keluar dari kereta api.

\”ada apa nih mas, koq orang pada keluar, ada copet ya ??\” seorang ibu di sebelah gua bertanya.
\”Aduh!! jangan-jangan ada kebakaran ya !!\” lagi seorang ibu tampak cemas, sambil siap-siap lompat keluar.

Sekilas gua melihat ada petugas PS (Polisi Sepur … gua juga belum tahu arti sebenernya sih) yang keluar dari kabin masinis.

\”tenang saja ibu, orang pada kabur bukan karena copet atau kebakaran. tapi ada petugas PS, tuh lihat aja ada 5 orang\” gua bicara kepada kedua ibu tersebut.
\”ow. pantesan pada kabur!\” mereka berdua sambil tersenyum.

Para penumpang di gerbong satu sangat senang dengan kejadian lucu tersebut, karena sebagian orang yang ternyata tidak memiliki karcis express alias penumpang gelap, berebutan turun lantaran takut didenda Rp.30,000,- oleh para petugas itu.
Rangkaianpun menjadi lowong dengan hanya 6-7 orang yang berdiri, setelah sebelumnya penuh sesak.

Rangkaian KRL Depex Gerbong Satu memang adalah tempat andalan bagi para penumpang gelap tanpa karcis express. Di sini mereka merdeka, karena sang kondektur dapat dibungkam dengan mudah hanya dengan memberi uang 3000an saja (ya!! bukan 5000an alias goncengers, tapi cukup 3000 rupiah saja). Bahkan beberapa orang lebih berani lagi dengan pura-pura memiliki KTB (Kartu Tanda Berlangganan) alias Abudemen.

Memang tingkat rasa memiliki para penumpang memang tinggi, sampai naik kereta api pun maunya gratisan. Awak kereta api juga masih memiliki dedikasi yang rendah dengan mencari uang tambahan melalui cara yang salah. Ujungnya pelayanan tidak akan dapat diberikan secara maksimal, karena kedua belah pihak lebih menginginkan kondisi saat ini dapat berlangsung selamanya

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *