Archaeological Discovery vs Jalur Trem

Sabtu kemaren karena mendengar ada acara peresmian kota tua Jakarta oleh Bang Yos di kawasan museum Fatahilla, gua langsung saja jalan ke sana.
Dari Depok ke Jakarta Kota naik KRL Ekonomi, karena mungkin hari Sabtu, KRL sedikit lowong dan bisa dapat duduk setelah melewati Station Pondok China.

Singkatnya sampek di lokasi acara sudah banyak orang. Yang pria banyak menggunakan baju koko sambil melingkarkan kain sarung di leher sementara yang wanita menggunakan kebaya.
Yang lucu adalah ada orang-orang (sepertinya dari event organizer) yang menggunakan baju seperti orang Belanda jaman dulu. Kita dijajah Belanda ratusan tahun, sekarang malah pake baju kayak mereka, lucu khan. Yang enggak ada orang-orang yang pake costum rakyat terjajah yang jelata.

Sambil keliling-keliling akhirnya pandangan tertuju pada sebuah galian. Ada rel bekas trem di dalam galian tersebut. Sisi penggalian dilingkari tali agar orang tidak masuk ke dalam galian.

\"Bekas

Sedang asik melihat-lihat tiba-tiba sang kodok eh MC melalui pengeras suara menjelaskan bahwa jaur trem tersebut adalah sebuah Archaeological Discovery Site.
Sejenak gua berpikir apa arti kalimat tersebut sambil memandang seorang gadis Chinese yang menyandang gelar \”Cici Jakarta\” (sebuah gelar yang sama dengan kontes putri-putrian).

Menurut gua Archaeological Discovery harusnya diberikan untuk situs-situs purbakala yang  memiliki nilai sejarah yang tinggi dan tidak ada informasi yang menjelaskan tempat tersebut sebelumnya.
Kemudian apa hubungannya dengan jalur trem!!

  • Pengelola Kota Tua seharusnya tahu bahwa di area kota tua memang terpendam jalur-jalur trem yang pernah menjadi tulang punggung moda transportasi di Jakarta Tempo Doeloe.
  • Pengelola Kota Tua juga seharusnya memiliki data-data tentang keberadaan trem di lokasi-lokasi di Jakarta. Karena Jakarta Tempo Doeloe memiliki jaringan trem yang melayani dari kawasan pelabuhan sampai dengan kawasan Master Cournelis (Sekarang Mester atau Kampung Melayu).
  • Pengelola Kota Tua sepertinya hanya ingin mencari sensasi saja dengan memberikan status yang begitu tinggi dengan ditemukannya rel bekas trem di depan Museum Fatahilla.
  • Jika mereka hendak menjadikan Transportasi Trem menjadi sebuah situs bersejarah, sebenarnya masih banyak obyek yang harus dilestarikan, misalnya Dipo Trem yang sekarang ditempati PPD sebagai dipo di daerah Salemba atau Jembatan bekas trem yang milintas sungai Ciliwung di daerah Raden Saleh.
  • Sangatlah lucu, jika tiba-tiba para arkeolog menemukan jalur trem. Padahal dari jaman dulu memang rel trem tetap berada di sana dan tidak pernah diangkat serta ada peta yang menjelaskan tentangnya.
    *untuk hal ini gua jadi inget saat roy suryo mengatakan bahwa dia menemukan lagu Indonesia 3 Stanza, padahal lagu tersebut ada di youtube untuk waktu yang lama*

Sebagai seorang railfans, gua mungkin cuma bisa cengar-cengir saja saat menerima penjelasan dari si MC. Gua kebetulan punya video yang menggambarkan saat jaya trem di Jakarta. Tidak perlu ahli arkeolog untuk menemukan tempat-tempat bersejarah ini, yang diperlukan hanya keinginan untuk dapat melestarikan tempat-tempat tersebut termasuk moda transportasinya.

Mungkin suatu hari nanti saat angkot dan ojeg sudah begitu menggurita, orang akan melupakan jalur KRL Jakarta-Depok, dan ujung-ujungnya ada yang berteriak, \”Saya menemukan Stasion Depok Lama!\” Lho !

Related Posts

One thought on “Archaeological Discovery vs Jalur Trem

  1. hmm,, kadang kita harus mulai membiasakan diri dengan orang-orang yang memang pekerjaannya untuk menghibur orang lain, karena pada dasarnya pengetahuan orang tentang hal tersebut masih kurang sama sekali sehingga mereka berbuat sebisa mereka untuk menghibur audience yang ada.
    Marilah kita hargai kerja keras mereka menghibur orang2..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *