\”Wah station segini besar, orang segini banyak, tapi sepertinya ndak ada yang dari Jogja\”, suara dengan logat Jogjanya yang kental tiba-tiba terdengar di belakang gua.
Ya, sore ini, dan seperti biasa, gua menunggu KRL Depok Express jam 19:00 yang selalu telat sampai di station kota.
\”Mas, koq ndak naik ke KRL ini ?\” tiba-tiba suara yang sama menyapa ramah ke gua. Secara otomatis gua nengok ke orang yang barusan berbicara, \”Sampean ngomong dengan saya mas ?\” tanya gua.
\”Iya mas, koq ndak naik ke KRL ini ?\” tanyanya sekali lagi.
Memang saat itu baru saja masuk KRL Pakuan Express tujuan Bogor yang juga ketularan telat…
\”Enggak mas, saya naik yang KRL Depok\” gua jawab sekenanya.
\”Wah, mas tinggal di Depok ya ?, saya tadi kesana keliling-keliling cari teman tapi enggak ketemu alamatnya\” orang itu tampaknya ingin memulai percakapan.
Akhirnya gua ngobrol sama dia, ngalor-ngidul, sampai akhirnya gua tanya, kenapa dia jauh-jauh dari Jogja malah lesehan di Station Jakarta Kota, dengan keluarganya sekalian.
Jangan-jangan di juga railfans.
\”Mas, Kenapa sih jauh-jauh dari Jogja, koq njenengan malah plesiran di Station Kota, malem-malem pula\” gua coba tanya ingin tahu.
\”Sebenarnya kami di Jakarta sudah 2 hari, setelah keliling-keliling lihat monas, naik busway, naik waterway dan tadi pagi kami berencana jalan-jalan ke Kebun Raya Bogor\”…
\”Tetapi, saat di KRL Ekonomi yang kami tumpangi dari Station Gondangdia, dompet saya dicopet\” katanya tanpa ada nada penyesalan di kalimatnya.
Sejenang gua berpikir, ini adalah penipu yang sering berkeliaran di Station untuk meminta uang dengan alasan dia baru saja dicopet.
Tiba-tiba istrinya ikut menimpali, bahwa uangnya habis tinggal yang ada di tas istrinya saja. Dan mereka sudah mengontak adiknya di Jogja untuk menjemput ke Jakarta dan akan berjumpa di Station Jakarta Kota.
Gua cuman ngangguk saja, dan menunggu saat-saat dia mengucapkan kata-kata untuk minta uang.
Ngobrol 10 menit lebih, satupun kata minta uang tidak pernah terucap. Sejenak saya perhatikan 3 orang anaknya yang bercanda sambil tiduran beralas koran di peron antara jalur 10 dan 9.
Tidak ada wajah sedih di anak-anak tersebut, Sang istri bahakan ikutan bercengkrama dengan mereka.
\”Mas, njenengan mau tidur di mana malam ini ?\” gua tanya saja, karena sebelumnya diumumkan bahwa KRL Depok Express sudah melewati Station Gambir menuju Station Kota.
\”Kami, malam ini tidur di depan Wartel Station, yang punya wartel sudah mengijinkan\” jawabnya.
\”ooo.. begitu, hati-hati saja mas, di sini cukup rawan, jika mau njenengan tidur di ruang exekutif saja, nanti saya mintakan ke Pak Kepala Station\”.. gua coba menawarkan solusi.
\”Ndak papa koq mas, kami di wartel saja\”
Jam 19:45 WIB, akhirnya KRL Depok Express tiba di Station Kota, dasyat 1 jam telatnya.
Gua pamit untuk pulang ke rumah, \”Duluan ya mas, hati-hati di sini ya\”.
Dari dalam gerbong 2, gua melihat mereka tetap ceria, sang ayah berusaha tetap membuat anak-anaknya nyaman walau harus lesehan di peron. sang Istri tetap mendukung si ayah tanpa secuilpun kata-kata penyesalan yang keluar dari mulutnya. Ketiga anaknya masih bermain sambil mendengar cerita si ayah.
Jam 19:50 WIB, KRL Depok Express perlahan meninggalkan station kota, gua tetap melihat mereka bercengkrama di peron.
Sambil berusaha memejamkan mata, gua mencoba-coba mengingat semua percakapan tadi, dan tidak ada satu kalimatpun yang mereka ucapkan untuk memohon bantuan apapun.
—————–
This evening I meet with another happy family ?.
pf: JAKK – Jakarta Kota Railway Station